Akhir
zaman ditandai dengan makin besar peran wanita dalam kehidupan politik, sosial dan
ekonomi. Namun sayangnya peran wanita dalam keluarga makin menipis. Sementara kehadiran
wanita shalihah menjadi langka meskipun wanita berhijab makin banyak tak
berarti identic dengan keshalihannya. Lalu ada apa dengan hijab pada akhir
zaman ini?
Saat
ini tak sulit menemukan wanita yang berbusana muslimah. Mulai dari para remaja
hingga anak kecilpun tak ketinggalan dipermak oleh ibunya dengan jilbab yang
lucu. Jilbab sudah menjadi trend mode yang tak kalah bersaing dengan mode
barat. Sayangnya masih ada jilbab sekedar mode tanpa mengindahkan batasan
syariat. Jilbab lebih banyak dipahami sebagai kain penutup rambut wanita yang
lebih cocok berfungsi seperti kerudung. Bahkan sebagian kerudung masih
memperlihatkan sebagian rambut depan. Ada juga kerudung yang diikat di leher
tidak menjulur hingga dada.
Jilbab sebagaimana disimpulkan
oleh Al Qurthuby: "Jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh
tubuh". Kecuali Wajah dan telapak tangan. Hal ini seperti yang tertuang
juga dalam firman Allah "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu,
anak-anak perempuanmu dan istri-istri mukminin, "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah dikenal dan tidak mudah diganggu (QS 33:59).
Dengan melihat uraian diatas
jadi jilbab bukanlah kerudung, melainkan jilbab adalah baju jubah atau pakaian
longgar bagi perempuan yang menutupi seluruh anggota tubuh atau aurat
perempuan. Karena itu, anggapan bahwa jilbab sama dengan kerudung merupakan
sesuatu yang salah kaprah yg seharusnya diluruskan. Banyak perempuan muslim
yang mengaku sudah berjilbab, padahal dia hanya berkerudung karena menutup
kepalanya saja sedangkan bagian lainnya terbuka atau meskipun tertutup tetapi
sangat menonjolkan bagian tubuh dengan berpakaian ketat.
Lalu apa yang dimaksud dengan
hijab? Meskipun bermakna lebih umum dalam praktek sehari-hari, hijab tak jauh
berbeda dengan jilbab. Saat ini kata hijab lebih trend digunakan untuk memaknai
pakaian wanita yang sudah memenuhi syariat islam. Dikenal dengan istilah Hijab
Syari’i. Sayangnya baik jilbab maupun hijab masih dipahami secara sempit
seperti kerudung. Hingga berbagai mode pun bermunculan hanya sebagai kain
penutup rambut wanita dan sebagian tidak mengikuti syariat. Misalnya leher
dibiarkan terbuka atau bagian dada tidak tertutup jilbab sedangkan pakaiannya
terlihat ketat menerawang hingga mengikuti lekuk tubuh wanita.
Mode busana ini sudah diingatkan
oleh Rasulullah SAW karena wanita yang mengenakannya akan menjadi penghuni
neraka. “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat:
[1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan
[2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang,
berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita
seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun
baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128).
An Nawawi dalam Syarh
Muslim, menjelaskan bahwa terdapat beberapa makna mengenai para
wanita yang berpakaian tapi telanjang pada hadist di atas, diantaranya
:
Makna pertama:
wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur kepada-Nya.
Makna kedua:
wanita yang mengenakan pakaian, namun kosong dari amalan kebaikan dan tidak mau
mengutamakan akhiratnya serta enggan melakukan ketaatan kepada Allah.
Makna ketiga:
wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan
tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
Makna keempat:
wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita
tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Syarh Muslim, 9/240).
Sumber : berbagai sumber
nice info makasih yah
BalasHapusEMI